Rabu, 06 Januari 2016

Lembu Suro : Sapi Raksasa Ikon Baru Boyolali

2 Januari 2016 euphoria tahun baru masih terasa walaupun kembang api dan bunyi terompet sudah berlalu kemaren malam (1/1/2016). Maklum libur panjang jalanan macet, tempat wisata ramai pengunjung dengan senang hati saya tinggalkan sementara kota budaya "Yogyakarta" untuk menengok kota kelahiran "Boyolali" yang sudah terkenal sebagai kota susu, "Susu atau Sapi ?" Saya lebih memilih susu ketimbang sapi -walaupun Susu dari Sapi- dengan alasan kemanusian bukan kehewanan, "hahahahaha".

Satu dekade sudah -"Satu dekade berapa tahun, coba jawab ?"- Saya tidak menginjakan kaki di pusat kota Boyolali, kota kelahiran saya sendiri dengan alasan, "Boyolali kurang menarik", "Kotanya sepi", "Jauh dari modernisasi". Inilah "Malin Kundang" era modern, "kacang lupa kulit" perumpamaan seperti itu, karena memang benar adanya sebelum saya menginjakkan kaki kembali ke pusat kota Boyolali -Dua tahun lalu ibu dan adik lelaki saya bercerita tentang pembangunan alun-alun dan program mempercantik Boyolali, itupun saya abaikan paling bualan pemerintah saja- sekarang memiliki alun-alun luas, ramai, meriah dengan deretan bangunan indah nan-megah -gedung pemerintah dan tempat ibadah- dalam satu komplek perkantoran.

"Incredible ..... !!!"

Sambil bergumam, "Beneran ini Boyolali, kota yang biasa-biasa saja sekarang disolek seakan tak ingin kalah dengan kota lainya ?". Saya berikan apresiasi buat Bupati Boyolali Bapak Drs. Seno Samodro yang merealisasikan janjinya. 

"Semoga Boyolali bisa rapi, sexy, nyaman di kunjungi for everybody", kutipan beliau saat tampil Live di Metro TV dalam program Sentilan Sentilun (31/12/2015).
Saya, Ade Kurniawan -ipar saya-, Nayaka -ponakan yang baru berumur satu setengah bulan, yang masih aktif, lincah dan beringas- ikut jalan-jalan sore itu. Tiga puluh menit naik kendaraan bermotor dengan kecepatan 60 km/jam, pukul empat sore kami bertiga bergegas walaupun cuaca mendung mengancam dari arah Timur.

Setelah sampai Alun-alun Boyolali segera saya manjakan Nayaka dengan permainan seperti : Odong-odong, Mandi bola, Kereta Kelinci dengan tarif 5k "Sak bosene", kata saya kepada pemilik wanaha permainan tersebut, selain itu Istana Balon, Pancing ikan juga bisa dimainkan ditempat itu. Sebenarnya pengen saya sewakan Motor Cross, Scooter Mini berhubung Nayaka masih balita "Nunggu empat tahun lagi ya, le", gumam saya.






Selama tiga puluh menit di Alun-alun mata saya tertuju kepada sebuah bangunan besar dengan warna dominan hitam dan putih dengan sedikit warna emas di bagian depanya. Berwujud binatang yang merupakan ikon "tersohor" kota ini. "Ya". Bangunan ini berupa patung sapi dengan tinggi 11 meter dan lebar 8 meter dilengkapi pintu masuk tepat berada di bawah kalung sapi dan pintu keluar pada bagian ekor sapi lengkapnya kunjungi blog ini "Penampakan Isi Perut Lembu Suro "Gedung Sapi Ndekem". Menurut penglihatan saya sapi ini jenis betina, karena pada bagian samping kiri terdapat kelenjar susu. Rencananya gedung representatif yang diberi nama Lembu Suro ini akan digunakan sebagai gedung penerima tamu yang ingin studi banding. Di dalamnya terdapat beberapa buah kursi -Saya lihat dari pintu depan- dan Monitor besar untuk memutar film mengenai potensi alam dan wisata di Kota Susu ini selengkapnya baca "Asyik, Lembu Suro Jadi Lokasi Selfie".


"Hebat, ini dia perkembangan Boyolali yang saya tunggu-tunggu". Apa yang disampaikan oleh Bapak Bupati dalam video ini "Sentilan Sentilun Di Boyolali" semoga bisa ter-realisasi, "Ya, Pak".


Semoga bukan hanya pusat kota yang disolek dan dibangun, tetapi daerah pinggiran juga mendapat pembangunan yang merata -Termasuk daerah saya kecamatan Sawit dimana "Umbul Tirtomulyo : Kolam Renang Bernuansa Kerajaan" dan Dewa Emas (Desa Wisata Kemasan) perlu dikembangkan dan butuh pendanaan agar objek wisata ini semakin terkenal.

"Boyolali The Smile Of Java - Boyolali Tersenyum"

5 komentar:

  1. mas, itu siapa yg bikin patung sapinya?
    berapa banyak biaya pas bikin?
    kapan dibuatnya?
    oh iya satu dekade itu sepuluh tahun mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. kriting-s sekali, mas ini
      yang bikin ndak tau mas, yg saya tahu yang bayarin pak dhe saya -dari gar'tur nabi adam- bapak bupati
      katanya miliaran, jgn tanya "recehan" apa "lembaran"
      sepenglihatan saya tgl 15 mei 2015, weton (kliwong,pahing, pon ....) saya ndak tau :D

      Hapus
  2. Itu kalo loncengnya dibunyikan kencangnya kayak apa ya :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayak gini "klonceng-klonceng-klonceng" harapan mas sitam pupus, lonceng-nya gak bisa dibunyikan :D

      Hapus
  3. wah yang budaya" jadi wisata ya mas hehe....

    BalasHapus