Jumat, 16 Juni 2017

Berburu Takjil Ramadhan Di Masjid Kota Pelajar

Bisa dibilang hampir setiap menjelang buka, saya sempatkan mampir ke beberapa masjid di Yogyakarta; Masuk kategori jam-jam kentang (kena tanggung) ---waktu buka puasa 30 menit lebihnya dari jam pulang kantor.

Kalau bisa ke Masjid (niat sekalian sholat berjamaah) kenapa harus grasa-grusu balik kandang (kost).

Post ini lebih ke pengalaman pribadi secara subyektif. Tidak akan pernah readers rasakan & bayangkan jika tidak membuktikan.

Ramadhan tinggal beberapa hari (sedih). Mumpung belum kelar bisa dicoba berkunjung ke beberapa masjid ini. Ceramah, teman baru, takjil, fun-nya juga dapat. Berkah Ramadhan buat mahasiswa.

1. Masjid UGM

Sepenuh hati mengawali buka puasa Ramadhan 1438 H tahun ini (2017) dengan berburu takjil di masjid terbesar Yogyakarta ---beberapa masjid yang saya anggap besar di kota pelajar ini.


Sebut saja 'Pemburu takjil' karena hampir 50% niat adalah mencari menu pembatal yang berbeda ---konon dari mulut ke mulut beberapa masjid di Yogyakarta menyediakan menu takjil yang enak & lezat.



Jam lima sore jam pulang kantor (jalan jenderal Sudirman depan UIN suka Yogyakarta) menyegerakan mencari minuman pembuka disebuah convenience store berwarna dominan merah biru daerah Demangan, Yogyakarta lanjut menuju masjid terbesar se-Asia Tenggara."Ya". Masjid UGM.

Mungkin sore itu bukan keberuntungan saya, gerimis secara random mengguyur kota pelajar ini ditambah lagi sepanjang jalan menuju masjid, pengendara kocar-kacir dan tergesa-gesa untuk segera menyongsong waktu iftar tiba.

Tiba-tiba seorang wanita menggenakan jas hujan bertanya kepada saya arah menuju masjid UGM. Karena tujuan sama, saya ajak ikut serta.

Alhamdulillah.

Sampai juga dimasjid UGM, but sorry takjil sudah habis. Ternyata jemaah lebih banyak dari yang saya perkirakan. Subhanallah. Dengan senyum haru saya teguk sebotol air minum yang dibeli & menyegerakan ibadah sholat magrib.

Walaupun takjil tak didapat, batin dan pikiran menjadi tenang saat semua jamaah bertadarus ba'da magrib sambil menunggu waktu isya & tarawih tiba dan saya-pun turut serta.

Ternyata jalan menuju surga itu mudah, tapi banyak peminat serta sainganya. Dari sini tersadar, saya bukanlah siapa-siapa jadi harus lebih (bisa) bertaqwa.


2. Masjid Jenderal Sudirman, Komplek Kolombo, Gejayan

Kali kedua saya mendatangi masjid ini, lebih ramai daripada kali pertama berkunjung.


Pelajar, mahasiswa, anak-anak TPA, umum & saya ikutan 'nimbrung' jadi satu.


Ada yang berbeda, waktu itu ada penceramah sambil menunggu waktu berbuka, kali ini tidak.

Hangatnya kebersamaan lebih saya rasakan awal saya datang, tapi saat ini bagaikan (hanya) singgah tepatnya. Sekadar datang nunggu nasi bungkus atau kotak & segelas teh manis hangat dibagikan, makan ditempat, Magrib berjamaah lanjut pulang.

Ada yang unik dan menggelitik. Setiap menjelang waktu berbuka para jamaah masih melirik kanan-kiri (hanya) untuk memastikan bahwa berbuka sudah diperbolehkan. Walaupun sudah terdengar Adzan Magrib dari masjid lain-pun, jamaah belum segera membatalkan saum sebelum muadzin Masjid Jenderal Sudirman mengumandangkan adzan.

*Muadzin mengumandangkan adzan*

"Alhamdulillah"

Kali ini saya teguk segelas teh manis hangat sebagai pembatal puasa hari ke-12. Langsung menuju shaf pertama dan bersegera sholat Sunnah taqiyatul masjid sampai iqamat dikumandangkan.

Selamat berbuka puasa.

3. Masjid Jogokaryan

Gak penasaran lagi. Emberan. "Kampung Ramadhan Jogokaryan" is the best spot for Takjil Hunters/Huntress. This event is memorable & could be your milestone at Ramadhan 1438H.


Jajanan serba lima ribu mulai dari tradisional hingga kekinian. I recommend you to try Uhwut ice minuman yang bercitarasa manis, asam, segar dibandrol empat ribu rupiah saja.

Nasi bakarnya bikin perut meronta dengan porsinya yang jumbo yakin muat buat kamu yang hobi makan.

Taiyaki, Takoyaki, Kimbab, Penthol, Sempol, ... jadi spot paling rame (lain kali nyoba).

Tetep saya pilih menu takjil Masjid Jogokaryan yang ngajeni banget ditambah minumnya entah nanas atau jahe plus tiga biji kurma ---all is free.

4. Masjid Gedhe Kauman (sebelah barat alun-alun Utara)

Nasi rames lauk sayur lodeh, ayam goreng, nasi putih & segelas teh manis. Harusnya jadi menu berbuka, tapi karena grasa-grusu."Brak". Tumpah, terhambur semua tak sesuap-pun saya lahap.


"Hahaha ... Tangis haru, sedih, cemas, jengkel sesekali tersenyum karena agak lucu.

Itu drama yang saya dapati saat ingin menikmati indahnya buka puasa di masjid terbesar Yogyakarta. Masjid Gedhe Kauman (sebelah barat alun-alun Utara Yogyakarta). Tak apalah mungkin belum rejeki saya.

Kaum Adam berbaris (lumayan) rapi dengan teh manis, tiga biji kurma & nasi bungkus di atas piring keramik tepat di depan jamaah yang mendengar ceramah sambil menunggu waktu berbuka.

Saya berjalan dengan malu-malu menuju tempat wudlu tanpa tau dimana saya harus ambil takjil waktu itu. Sampai ada seorang bapak menyapa dengan ramah,

"Dek, ambil takjilnya di depan. Ya. Cepat. Sebentar lagi buka puasa ?!

5. Masjid Diponegoro, Jl. Kenari (Komplek Balaikota)

Dan tunai sudah puasa hari ini. Puasa hari ke sepuluh ramadhan 1438 h. Ayam bumbu pedas, sayur tahu bening, kerupuk udang & nasi putih, setelah sebelumnya dibuka dengan segelas teh manis hangat dan tiga biji qurma dan dilanjut sholat magrib berjamaah.


Jamaah laki dan perempuan sama banyaknya. Pekerja, pelajar, warga sekitar sebut saja umum, tapi mahasiswa jadi mayoritasnya.

Insiden trafo terbakar juga mewarnai 10 menit sebelum waktu buka tiba, sempat membuat panik dan berhamburan keluar masjid. Listrik padam sampai sholat magrib selesai dikerjakan.

Sayang masih banyak pengunjung/pendatang yang belum sadar, setelah makan hendaknya perabotan dirapikan, dibersihkan bukan hanya sekadar ditinggalkan begitu saja.

Saya lebih sering ke sini karena buka puasa diawali takjil, sholat magrib baru makan. Jadi perut gak kaget.

Itulah beberapa masjid yang saya kunjungi, semoga bisa jadi referensi sekaligus perjalanan spiritual di Ramadhan tahun ini.

Terimakasih Yogyakarta untuk keramahan penduduk-nya. Berharap event seperti ini tak hanya pada moment Ramadhan saja. Puasa Senin-Kamis & Sholat Subuh misalnya, untuk mendorong pemuda agar lebih cinta masjid dan mushola sebagai sarana ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar