Selasa, 16 Februari 2016

Seafood & Sun Set Di Pantai Depok, Bantul


Baru setelah tinggal di Yogyakarta, saya mulai menikmati makanan yang dahulu tidak saya sukai sebut saja sea-food makanan dari sumber daya laut : bermacam jenis ikan, kerang-kerangan, udang, rajungan, kepiting maupun lobster semuanya (hampir) sudah saya coba. "Ya", semua bermula dari hobby teman-teman yang sering ngajak untuk menikmati makanan hasil laut ini.

Jaman masih jadi mahasiswa makanan jenis ini selalu saya tolak jangankan membeli, mencicip atau menjilat sedikit saja saya tidak sudi ---disamping harganya yang tidak ekonomis, bau amis, lendir dan tekstur kenyal. Namun setelah lulus dan (merasa mampu) mencari nafkah sendiri ---untuk kebutuhan hidup ataupun membeli sesuatu di jaman kuliah tidak (dapat) terbeli. 

Saya mulai ikut mencoba menikmati makanan yang dari dulu teman saya bilang,
"Bodoh loe, Men. Masak belum pernah nyicipin seafood ? Tu..., liat kepiting, rajungan, kerangnya gedhe-gedhe banget enak ni..., kalau dimasak asam-manis-pedas atau lada hitam, digoreng tetap (jadi) enak. Pokoknya surga dunia-lah, Men".

Belum lagi bapak saya ---karena sering keluar kota (lebih sering) di pesisir kota (dekat laut)--- meledek,
"Ya ..., sudah. Bapak saja yang makan (semua). Makanan mahal kok, ndak doyan tho, Le !"

Benar kata sebuah pepatah, "Don't judge sea-food by it's texture" maksud saya, "Don't judge the book by it's cover". Walau (mungkin) belum mengetahui siapa penulis pepatah tersebut readers pasti sudah mengenal pepatah ini dengan baik.


Benar juga kata salah satu teman-kost yang (pernah) ngasih pernyataan ----lebih sering bikin campur aduk hati & pikiran saya. "Hanya Allah yang bisa membolak-balikkan hati seseorang", pernyataan-nya kala itu. 

Karena pepatah dan pernyataan teman saya di atas saya meyakini dan meng-amin-i sampai sekarang. Sesungguhnya janganlah engkau menganggap semua hal (baik kecil, maupun besar) sebagai hal yang remeh-temeh karena hal tersebut bisa jadi menggoyahkan niat, pikiran dan perasaanmu. Contoh nyatanya saya dengan sea-food yang tidak saya suka (hampir saya benci) menjadi hal yang saya sukai sampai saat ini. Tapi ingat jangan kebanyakan karena bisa bikin pusing kepala sekaligus kosong isi kantong anda #lol.

*****

Kembali ke sea-food makanan yang pernah saya tolak jaman kuliah dulu. Bulan ini saking pengenya (hampir dibilang ngidam) sepakat patungan dengan beberapa teman untuk menikmati kepiting laut dan kerang yang (bisa) dibilang murah dalam segi harga, banyak dalam segi jumlah serta enak dalam segi rasa di Pantai Depok sambil menyaksikan sun set.

Bagaimana gak murah satu kilo kerang dara (cuma) 20k dan satu kilo kepiting laut ---isi lima ekor kepiting sedang dan tiga ekor kepiting besar--- seharga 125k entah karena menjelang magrib turun harga atau memang segitu harganya (yang penting gak murahan dan pastinya masih fresh karena semua masih dalam kondisi hidup bukan dibekukan). Dari segi rasa bisa memilih yang sesuai dengan selera readers mengingat di tempat ini banyak warung yang melayani jasa "masak" untuk sea-food yang baru saja dibeli ---biasanya sudah banyak ibu-ibu yang menanti di depan pasar ikan dengan harga yang relatif terjangkau mulai dari 20k - 25k (tergantung kepandaian si-penawar).

Masuk area Pantai Depok bayar karcis masuk 5k/orang sudah termasuk motor dan tiket terusan masuk Pantai Parangtritis. "Murah, kan?". Cuma..., tarif parkir 3k/sepeda motor (kalau gak salah) ---padahal dari pintu masuk-ke pasar-nyari warung-makan motor tetap berada dalam pengawasan. "ironi, kan?". "Ya", sudahlah paling tidak ceritera sea-food yang sudah dimasak berikut ini membuat saya tidak kapok untuk kembali lagi ke Pantai Depok.

Walaupun mengalami (sedikit) gangguan saat melaju dengan sepeda motor menuju warung makan yang sudah menjadi langganan salah satu teman ---ternyata tutup dan mencari warung makan lain, mengingat jalan yang dilewati tidak semuanya mulus, akan tetapi pasir pantai dari Samudera Hindia juga ikut menghambat perjalanan ---karena membuat laju sepeda motor melambat --- menuju pinggir pantai. Rumah makan yang kami pilih (lupa namanya) berada persis dipinggir pantai berjajar dengan warung makan lain yang jumlahnya puluhan, dari sini kami bisa melihat gerak-gerik pengunjung (balita, remaja, dewasa, tua) ingin menangkap sun set sore itu sambil berfoto dengan beragam gaya : lompat, muka bebek, bergandengan tangan, pura-pura menangkap matahari, dll, tetapi tidak ada satupun yang berfoto sambil mandi di pantai karena sore itu laut pasang. Pengunjung juga bisa menikmati "ATV" ---kendaraan roda empat mirip mobil-mobilan--- yang disewakan, bisa juga (mungkin) menaikan layangan ----beruntung angin sedang besar dan cuaca tidak mendung--- walaupun Februari masih masuk musim hujan.



i love silhoulette



Kami memesan beberapa minuman yang paling saya rekomendasikan kelapa muda (utuhnya) bisa minta tambah es (atau) tanpa es (dengan harga sama) dengan daging buah yang lembut dan tebal terasa manis seperti "nata da coco" tapi dalam bentuk lembaran tipis yang tidak begitu "alot". Alih-alih pesan es teh karena harganya yang ekonomis, tetapi kami ke depok bukan buat kong-kow tapi makan-pulang.





Kepiting yang sudah kami beli dan sudah dibelah (penjual) sebelumnya kita minta untuk dimasak asam-manis-pedas sementara kerang dara berbumbu manis-pedas. Kepitingnya walau terlihat kecil, akan tetapi dagingnya full (padat [gak kopong]) teksturnya lembut rasanya manis, gurih dan "juicy", kalau saya bilang, namun sayang bumbunya kurang meresap ---"Apa karena kurang lama dimasak ? jadi kurang nendang"--- walaupun menurut saya bumbunya sudah pas manis-asam-pedas-nya. Untuk kerang rebus rasa standard gurih-manis-sedikit pedas dengan tekstur kenyal dan daging yang (lumayan) besar. Saking (jumlahnya) banyak mau, tidak mau harus kami habiskan walaupun harus merasakan (sedikit) pusing ---karena kandungan kolesterol yang tinggi tidak bisa kami tahan--- sampai rumah salah satu teman masih merasakan pusing. Untuk pelengkap kami juga memesan dua piring (kecil) cah-kangkung tumis tauco menu biasa yang rasanya juga biasa-biasa saja #lol.

Setelah semua hidangan porak-poranda : kepiting tinggal serpihan cangkang dan kerang tinggal cangkang kerasnya saja. Kami melanjutkan perjalanan pulang dengan perut kenyang, hati senang dan gak rugi. Sesampai dirumah salah satu teman masih membahas enak-nya kepiting yang sudah dilahap sambil berharap bulan depan bisa kumpul sambil makan kepiting (dalam jumlah besar dan ukuran besar) dengan patungan tentunya. Ceritera serupa tapi tak sama bisa readers baca "Tahun Baru (Hijriah) Nge-layap Ke Pantai Jatimalang".

Tanggal : 6 Februari 2016, Sabtu
Lokasi : Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta

12 komentar:

  1. oh ini yg disebut benci jadi cinta ya om?
    hmmmmm kayaknya enak tuh kepitingnya
    lempar kerumah saya om kepitingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. "benci jadi cinta" peribahasamu apik, kisanak. di atap, dapur, kamar-mandi, pekarangan rumah, kisanak ?

      Hapus
  2. Cuminya mana? hahhahaha ngidam cumi akakkkakak

    BalasHapus
  3. Perpaduan yang ciamik. pantai yang cantik dan makanan yang lezat. Nikmat mana lagi sih yang didustakan?? hehehe

    BalasHapus
  4. seafood itu emang idaman banget bro. sayang emang kalau belum pernah nyobain seafood, apalagi kerang. beh! favorit gue kerang tuh, apalagi kalau kerang saus padang. ampun deh..

    BalasHapus
  5. mantep dan seru, kemarin nyobain kerang imut warna hijau juga beli dari pantai Depoks

    BalasHapus
  6. apa nama rumah makan favpritnya mas.
    untuk referensi

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak ada :D, karena saya pindah-pindah. saya lebih memilih yang langsung menghadap pantai-nya

      Hapus