Senin, 15 Februari 2016

14 Februariku Untuk Supriyadi

14 Februari semua (hampir) anak muda di seluruh dunia tahu, kalau 14 Februari "Tukar Kado di Hari Kasih Sayang". Menurut saya Valentine's Day merupakan perayaan yang (sedikit) mengkhawatirkan karena ditodong bingkisan : cokelat, bunga, boneka, sepatu, baju, dll; Ajang free sex, long-night party  dan beragam budaya barat yang (kebanyakan) meresahkan semua kalangan.

google image
Untuk saat ini saya lebih tertarik untuk menceriterakan kisah seorang pemuda Trenggalek, Hindia-Belanda (Indonesia jaman penjajahan Jepang) yang melakukan pemberontakan tepat ditanggal 14 Februari 1945. Dialah Shodancho (komandan peleton) Soeprijadi (baca : Supriyadi) yang memimpin tentara PETA (Pembela Tanah Air) melakukan pemberontakan melawan tentara Jepang, namun gagal---kalah jumlah dan bala tentara "Negeri Matahari" lebih kuat. Hal inilah yang membuat Panglima PETA (Muradi, Supardjono, Suryo Ismangil, Halir Mangkudijaya, Soedarmo, Sunanto, Supriyadi) beserta tentara PETA kocar-kacir hingga berakhir dengan penangkapan enam (delapan) panglima yang memberontak dan dijatuhi hukuman penggal atau penjara seumur hidup.

Pemberontakan ini terjadi karena deskriminasi Jepang kepada tentara PETA dan penderitaan romusha yang seringkali ditindas dan mendapat perlakuan semena-mena. Pemberontakan ini sekaligus menjadi pemberontakan paling berani yang terjadi tanpa disadari oleh pihak Jepang.


Dibalik peristiwa "heroik" tersebut sampai sekarang masih terpendam "misteri keberadaan Supriyadi". Masih hidupkah beliau ? Dimanakah tempat tinggalnya ?! Sudah wafatkah ? Dimana makamnya?! Setiap tahun (hampir) berita mainstream tentang "keberadaan Supriyadi" masih meninggalkan pertanyaan dan menimbulkan wacana baru. Tahun 2008 seorang bernama Andaryoko Wisnu Prabu (Andaryoko, semarang, 88) mengaku sebagai sosok Supriyadi yang selama ini keberadaanya dipertanyakan bahkan menjadi mitos dikalangan warga Blitar karena "ilmu menghilang" yang dia miliki. Banyak yang mendukung (mempercayai) tidak sedikit juga yang menyangkal ---beberapa diantara mereka menganggap kemunculan Andaryoko (hanya) mengikuti terbitnya buku Baskara T. Wardayo, "Mencari Supriyadi : Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno". Pengakuan seperti ini bukan kali pertama terjadi, namun kemunculan Andaryoko manarik sejumlah pengamat sejarah dan public untuk berkomentar dan beropini.

Andaryoko

Mencari Supriyadi :
Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno
Jiwa Nasionalisme pemuda-pemudi akhir-akhir ini (mulai) memudar; Semangat mereka berbalik 180 derajat dibandingkan dengan semangat Supriyadi pada jamanya. Masuknya budaya barat salah satunya perayaan "Valentine's Day" yang menimbulkan pro-kontra setiap tahun, tetapi pada kenyataanya budaya ini tetap saja dirayakan. Menurut saya (pribadi) moment ini hanya musiman ---mencuat saat perayaan dan hilang begitu saja (bisa saja hilang selamanya)--- sekadar trend. Sementara Supriadi namanya tetap akan diingat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia yang harus diteladani semangat juangnya. 

4 komentar:

  1. Supriyadi tiba-tiba hilang saat menjelang dirinya dijadikan Jenderal Besar, hemmm entahlan beliau menghilang tanpa ada yang tahu bagaimana beliau gugur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini ni, yang bikin penasaran "biasanya" banyak berita media cetak dan elektronik yang membuat kenapa sekarang enggak --- kepo kelanjutanya bagaiman

      Hapus
  2. hanya tuhan dan supriyadi sendiri yg tau akan kebenaran tersebut
    mungkn akang rohman tau juga kali

    BalasHapus
    Balasan
    1. hanya Tuhan dan Supriyadi yang tau, jadi hanya mereka, Bang :D

      Hapus